Menulis
selalu menjadi nafas: membutuhkan dan dibutuhkan.
Saya membutuhkan nafas untuk
tetap hidup, demikian pula nafas dibutuhkan untuk kehidupan itu sendiri.
Menulis sangatlah krusial, karenanya bagi seorang perfeksionis seperti saya, akan
selalu memastikan tulisan saya mengalir sebagai nafas yang cukup menyejukkan
bagi pembaca, syukur-syukur membawa makna bagi hidup mereka. Segala karya yang
akan di publish harus di cross-check lagi, mulai dari tanda baca,
konten, hingga foto-foto. Tak ayal, aplikasi android seperti Jotterpad, Office—dan karena saya
adalah pecinta instagram yang cukup aktif—maka Snapseed, PhotoGrid, PicsArt, dll
selalu menjadi ‘persinggahan’ sebelum mengeksekusi secarik tulisan.
Lama-lama,
kegiatan edit-mengedit ini cukup menyita waktu juga. Rasa-rasanya seperti
kejar-kejaran dengan waktu. Tak heran sih, hidup di jaman seperti ini, tiap
momen selalu ada “What’s next? What’s
next?!” yang berlompatan dari pikiran saya. Terpikir pula dengan hashtag
@SamsungID yang belakangan wara-wiri di instagram saya: #NextIsNow. Ah,
bagaimana cara untuk berada pada kekinian melulu? Penulis juga temasuk pekerja
seni, harus kaya akan macam-macam inovasi yang mumpuni, atau tidak, siap-siap
mati.
Catch me if you can.
edited from samsung.com |
Inspirasi
memang tak jauh beda dengan jelangkung—datang tak dijemput, pulang tak diantar.
Saya menerjemahkannya sebagai momentum. Inspirasi, kalau sudah lewat waktunya,
lebih baik move on; karena kalaupun
dipaksa datang, bentuknya pasti sudah
berbeda. Sayangnya, inspirasi yang cetar membahana memang selalu datang at the first moment, saya sendiri kadang
sebal kalau ternyata smartphone saya
lagi mendadak ‘cengo’ alias lemot begitu inspirasi melesat, duh ngga bisa
ditulis di memo. Saya juga suka corat-coret di notes, yang apesnya selalu
ketinggalan kalau lagi jalan-jalan.
Nah, mari berandai-andai, the
sexiest gadget in the planet who always knows what to do. Hap hap hap,
dengan prosessor 2.7 GHz, saya bisa menangkap dan melahap ide apapun yang
terbersit di menit pertama, dan menuangkannya dengan sekali geser ala air command dalam Action Memo, Screen Write, Image Clip, New Smart Select, menulisnya
dengan S Pen Stylus—dan tetap, menjunjung tinggi originalitas tanpa fabrikasi
apapun karena keterbatasan smartphone
(baca: edit-mengedit). Dengan sensitivity
level of 2048, mulai dari menulis ide acak adut hingga #lettering,
menggambar mind map, konsep hingga
#doodle pasti akan membuat inspirasi sekejap menjadi seksi!
Menjaga Keluarga: Karena mereka begitu berharga, maka saya memutuskan untuk terus terjaga. |
#lettering di #SamsungNoteEdge ? #aksarabu pasti jadi lebih bermakna! |
Tentu,
selain lengkung khas Samsung Note Edge ini, saya jatuh cinta habis-habisan
dengan S Pen Stylus—sejak teman saya menerangkan pelajaran matematika simpel
dengan Note 3 nya—dan entah kenapa, saya yakin kalau alat ini bisa menjadi
jembatan, antara otak saya dan kenyataan.
Steal like an artist
edited from samsung.com |
Yup, steal it like an artist kalau kata Austin Kleon. Selain datang tiba-tiba, (memangnya
cuma cinta yang bisa datang tiba-tiba?) inspirasi juga perlu dicuri. Saya masih
saja orang kantoran yang menghabiskan 15
jam per-minggu di dalam busway sambil
merayakan macet. Karena mendengar lagu sambil melamun, kepo terus-terusan di socmed sudah jadi kegiatan basi, saya
lebih suka menontoni aktor korea—kalau nanti sudah punya Samsung Note
Edge—pasti saya sudah tidak nonton sendiri lagi, melainkan berjamaah! Guess why? Makhluk mana sih yang ngga
akan melirik Samsung Note Edge yang beresolusi 1600x2560, QUAD HD lagi! Belum
lagi teknologi Super AMOLED-nya, bening parah!
Dengan
kualifikasi seperti itu, pastilah kegiatan baca-baca berita di Flipboard akan
bikin nyaman saya banget. No wonder kalau
boss saya suka banget sama gadget-nya
yang satu ini, berulang kali ia menunjukkan contoh artikel dengan Samsung Note
Edge-nya—bahkan sudah bikin saya dan teman-teman saya mupeng sebelum gadget ini
masuk ke pasar Indonesia. Di samping itu, edge
screen-nya yang memungkinkan membuka beberapa tab sekaligus dan bisa diatur
sesuka kita, membuat saya bisa tetap tenang dan keep noticed—terutama email, karena memang saya suka banget menunda
balasan pesan—apalagi kalau sudah tenggelam dalam tontonan atau artikel keren.
For the sake of #NyarisPuitis
"Menyelami benakmu, menenggak senyummu" Foto yang membawa saya ke launching #SamsungAvenew #BeginWithA |
Iseng-iseng di Sushi Tei: "Andai rasa bisa berbahasa mungkin ia akan memuja lidah ... dan kamu." |
As i said before, i looooove
instagram a lot! Bukan karena saya menulis tentang makanan, traveling atau cara make up.
Instagram memang ranah yang jarang dijelajahi penulis, namun... menulis dalam
foto, why not? Bukan hanya tentang foto
yang memanjakan mata, namun juga caption
yang sarat makna, keduanya bisa saling bertautan. Menghasilkan foto yang bagus
memang pe-er banget (as i mentioned
before, i used lot of apps to edit it), sama halnya dengan memikirkan caption oke. Saya memang lagi bingung
gara-gara mau ganti smartphone, kira-kira smartphone macam apa sih yang cukup
gede untuk baca ebook, mendukung
kegiatan menulis, sekaligus dengan kamera jernih so i can shoot like a pro?
Well,
kalau angan saya untuk punya Samsung Note Edge ini tercapai, maka terjawab
sudah dikotomi di atas. Bahkan lebih dari cukup: kamera depan dengan resolusi
3,7 megapixels, f 1.9 untuk selfie
yang memang tak boleh terlewatkan; plus
kamera belakang beresolusi 16 megapixels dengan optical image stabilisation (OIS), selective focus dan HDR. Ah, membayangkannya saja sudah bikin saya
cengar-cengir. Masa depan #NyarisPuitis pasti akan semakin cerah, dan... #ootd
saya pasti akan makin kece! *fingercrossed
Order the Chaos
edited from samsung.com |
Order dan Chaos adalah dikotomi selanjutnya yang pasti dihadapi oleh tiap
orang. Tak terkecuali penulis yang juga (sering) stres dengan riuh dan ricuh
isi kepalanya. Kadang, karena menyambut beberapa project sekaligus berhasil merampas fokus saya, membuatnya terpecah
belah. Namun, saya yakin fitur DIY your display (Express Me) di Samsung Note
Edge akan menjawab segala semarak yang ada di otak saya, mengatur helai demi
helai keruwetan pikiran dan membimbing saya mengerjakan satu demi satu project. Isn’t simple is the new elegant?
That’s why, i believe Samsung Note Edge can simply turn my chaotic thoughts
into productivity and awesomeness.
----
Selain
menulis yang menjadi nafas bagi saya, satu hal lagi yang saya yakini: ketika
ada satu orang—satu orang saja—yang tergugah oleh tulisan ini, dan sekedar
membentuk lengkung bahagia di ujung bibirnya... maka semua ini worth it.
Really, it all worth it.
Kalau
begitu, lengkung pada Samsung Edge Note pun bisa mencipta ‘lengkung-lengkung’*
lain dalam hidup orang-orang, eh?
Lalu,
bila teriak-teriak di otak kembali bergema “what’s
next? What’s next?”, saya rasa saya bisa menjawab lantang, “Hey! #NextIsNow!” sambil menggenggam #MyNoteEdge, melenggang santai di kerumunan ide(alisme).
#MyNoteEdge |
*Lengkung, that how i call the ‘edge’ on Samsung Note Edge. The ‘curve’ of
smiling heart on the edge of happy-ness.
2 comments:
Hi Nana... your Ig leads me to this...
love reading your nyarispuits. Really!
Hi, Joice :)
i really appreciate it, thank you very much!! Anyhoo, you can find #NyarisPuitis on LINE account too :D
Post a Comment