Catatan ini tidak dibuat karena judul sinetron yang sedang marak ditonton massa (seperti salah satu teman kantor saya), bukan juga karena sudah hampir setengah bulan tidak mampir lagi ke blog ini. Catatan ini sebenarnya sudah mengusang, terhimpit oleh asa dan akan mati bila terus terkungkung di dalam hati saja. Catatan ini menautkan banyak sekali kisah, yang sesak dan meraungkan oksigennya. Jadi di sinilah saya, di masa ini, menyaksikan bentuk lain keberanian saya sendiri yang perlahan tumbuh dalam hela mimpi yang matang.
Novel ini. Dreamless Dreamers. Bertanya-tanyalah pada judul yang penuh reduplikasi, karena ia semata-mata saya temukan di sela terpekur dalam bus yang mengantarkan pulang. Bertanya-tanya pulalah pada cerita yang tersuguh di dalamnya, apakah ia hanya roman picisan tentang dua orang gadis yang beranjak dewasa yang sedang menjambak rambut satu sama lain; merebutkan prince charming yang sedang menunggang kuda putihnya sambil membetulkan letak mahkotanya?
Ah, siapa yang pernah lupa dengan masa-masa sekolah? Kala mengagumi manusia yang itu dan lalu membiarkannya menghuni salah satu kotak di hati; kala punya sahabat yang melebihi arti saudara itu sendiri, lalu kemudian... semua menjelma bersama waktu, menjadi tak dikenali lagi. Tanpa sadar, waktu merenggut banyak sekali nyata yang berubah menjadi kenangan, waktu juga merebut banyak kisah indah yang ingin kita genggam selamanya; waktu juga yang menghapus segala sedu sedan. Ah, mungkin tidak segalanya. Kisah Leira dan Kinna yang saya tulis dalam waktu kurang lebih satu bulan ini (ditambah dengan revisi yang memakan waktu kurang lebih sebulan lagi - thanks to event Bulan Narasi yang 'mewujudkan' banyak sekali mimpi-mimpi penulis yang tertunda) tidak mampu luput dari kisah cinta.
Kisah mereka mungkin saja bisa anda kelompokkan dalam rak pemimpi yang menggelembungkan omong kosong, bisa. Mungkin pula bisa menenggelamkan anda dalam beberapa keputusan yang mungkin harus anda pertimbangkan lagi, mungkin.
Yang jelas, bagi saya, novel ini adalah akumulasi dari segala mimpi yang sudah saya peluk sejak saya belum menginjak usia belasan. Novel ini adalah langkah ke sekian yang paling besar dan (sok) percaya diri, bahwa ternyata saya-pun adalah dreamless dreamer. Si pemimpi yang sebenarnya tidak bermimpi pula - si pemimpi yang masih berkelana di realita bersama para pemimpi lain, lalu kemudian cukup terbangunkan bahwa... bisa saja realita itu sudah menjadi jawaban dari mimpi-mimpinya, sejak dulu. Mungkin, jauh sebelum mimpi-mimpi itu mengawang di langit-langit kamar.
So, here i am.
Dengan penuh keberanian membuka 'kotak makan' yang sudah saya sembunyikan hingga usang, mengusap-usap gumpalan debu tebal yang mengering, lalu membagikan biskuit yang saya buat sendiri, kepada... siapapun yang ingin mencicipnya. Rasanya mungkin tidak sempurna, namun semoga anda menemukan sekerat inspirasi yang siap membubung, membuncahkan warna-warni untuk hari anda.
Sesederhana itu, dan... selamat makan!
tentang pemesanan novel ini, di www.nulisbuku.com, di sini.
tentang pra-tulisan selesai dirampungkan: the madman.
No comments:
Post a Comment