semesta yang berbahasa
dan semua yang kudengar adalah senyummu
yang menggelitik pasrah di ujung bibirku
senyum pelit itu ternyata begitu mumpuni
masih saja enggan beranjak dan dihanyutkan mimpi
senyum yang kini adalah udara
yang berpapasan... bertubrukan di bilik benak dan nadi
kadang ia melebur bersama angan
bermain bersama khayal
dan sesayup bersenandung kasmaran
kala lagu cinta bersiul pelan dari ujung radio
manis yang memukau,
indah yang merana
karena kau kutemukan di batas mimpi
yang hendak menyapa nyata
lalu tertahan oleh nafas yang tak sempat terhela
karena begitu terpana
gamang di sela perasaan yang terbata-bata
yang sepenuhnya kuserahkan pada gelombang
partikel, serta energi
yang terus berpusar dan berpendar
di semesta kita
harapan masih mengatung di angkasa raya
dan senyummu belum terkuak sempurna
masih terus berpapasan dan bermain-main dalam benak
yang kini bertebaran dengan semarak
...aku sudah bersiap, untuk terhempas ke tanda tanya
yang bisa saja muncul di ujung senja selepas hujan
siapa kuasa?
iya. iya. iya.
semua gerak-gerik sudah terekam di otak
semua caramu memperlakukan lengan kemejamu, botol aqua yang sudah habis terminum, menggaruk kepalamu, tersenyum, menengadahkan kepala, berbicara, ber-anjali, menundukkan sejenak kepalamu, berjalan...
dan... iya.
senyum mu sesaat ucapmu "sampai ketemu lagi"
2 bulan lalu.
ini benar-benar gila!
dan... iya.
ini adalah kagum yang meminjam topeng jatuh cinta
yang lalu dipinjam oleh perasaan jatuh cinta itu sendiri.
sekarang, apa?
aku lagi-lagi hanya ingin merayakannya dalam diam, begitu gegap-gempita nya
sampai dada ini terasa sesak oleh sukacita
karena entah kenapa, di balik matanya yang seteduh samudra...
kulihat... segalanya.
No comments:
Post a Comment