Monday, February 29, 2016

Komposisi 'Makanan' Para 30 Under 30 versi Majalah Forbes

Muda, ambisius, berprestasi. 
Masa-masa muda memang kurang rela bila dihabiskan hanya dengan bersenang-senang tanpa menciptakan sesuatu. Masa-masa muda pula merupakan waktu paling tepat untuk menyalakan bara serta mengukir nama, kalau bisa nama yang tersohor hingga jauh. 

Minggu lalu, saya tak sengaja menemukan foto seorang kakak kelas di Facebook yang bertebar ucapan selamat. Ternyata si doi masuk ke dalam daftar 30 Under 30 versi Majalah Forbes Indonesia! Tentu saja, itu merupakan prestasi yang begitu mencengangkan. Mereka yang namanya ada di sana, adalah mereka yang memberikan impact pada hidup kebanyakan orang, mereka yang membakar ide hingga menjadi kenyataan dan pantang menyerah. Yakk, ini terdengar seperti pidato kenegaraan, tapi bagaimanapun, momen itu membuat saya merenung sedikit lebih lama dari biasanya. 

Muda, ambisius, berprestasi. 
Ini kan, alasan saya memilih tetap berada dan berjuang di Jakarta, dibanding pindah ke kota lain atau kembali ke kampung halaman. Saya ingin merasa terus terbakar, dan akhir-akhir ini memang sedikit lebih 'mati' oleh rutinitas. 

Saya seakan 'hidup' lagi begitu melihat fakta yang disajikan dalam data Forbes ini, mostly mengenai pola pikir, gaya hidup, definisi kesuksesan, latar belakang dan seterusnya, dan seterusnya. Ternyata ada yang salah dengan cara pikir saya selama ini. 


1. Dream Mentors


 2. Lifestyle & Relationship Status


3. About Deciding & Definition of Success
Poin terpenting dari bagan ini:
1. Namanya anak muda, pasti seringnya galau. Dan mereka yang sudah sukses saja, masih ada 19% yang still deciding. So, it's okay to be in doubt. Yang paling penting, tetep action dan do the best.

2. Definisi kesuksesan bagi mereka yang paling penting ternyata BUKAN MENJADI KAYA DAN BERKUASA, tapi mencintai diri sendiri dan profesi yang dijalani, sekaligus berhasil mencapai potensi diri sendiri. 
Diri sendiri, bukan pembandingan dengan orang lain. That's fantastic! Kalau kita sudah bisa melakukan apa yang kita suka dengan sepenuh hati, maka kekayaan adalah bonus. Hasil akhir yang PASTI kita dapatkan. 


4. Residence & Generation


5. Mobile Apps


 6. Education & Colleges

7. Invention & Reasons Why
Ini lagi bagan yang menurut saya cukup menarik:
1. Kita tidak harus menunggu segala sesuatu siap dulu untuk memulai impian. Begitu sering saya dengar, "Habis kuliah mau kerja dulu, belajar sama orang, kumpulin duit yang cukup, baru habis itu saya mulai usaha sendiri." Well, prinsip seperti itu mungkin sudah kurang kece lagi sekarang, karena buktinya, setelah kita bekerja, idealisme kita pelan-pelan akan terkikis (atau kita harus berjuang mati-matian memperjuangkan idealisme kita, menjaganya baik-baik sehingga kita menjadi lebih pragmatis). Atau, setelah beberapa tahun bekerja, kita akan terlena dengan fasilitas kantor, lalu keinginan untuk memulai usaha sendiri atau menekuni hobi baru akan dimulai menjelang masa pensiun. Uhh.

2. Alasan mengapa memulai usaha pun ternyata bukan untuk nyari duit. Lagi-lagi bukti nyata bahwa kekayaan tidak bisa dijadikan alasan dasar untuk memulai suatu usaha. 
Impian untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, pencapaian diri ternyata bisa menjadi alasan yang kuat. Isn't it feels good when we can do what we think we can't? 
Nilai tambahnya lagi, usaha yang dilakukan, bisa bermanfaat dan membawa efek baik bagi orang-orang di sekitar kita. How great!



8. Wealth & Where's the Fund Comes From
Mereka yang mau berjuang, mereka yang mau berjuang! (Perhatikan bagan).

*Sumber diperoleh di Forbes Website



Muda, ambisius, berprestasi. 
Kamu kah salah satu dari mereka di tahun mendatang? 

Friday, February 26, 2016

Review Film Zootopia - Dunia tak Sebaik yang Kau Pikirkan!

Ketika film ini berakhir di bioskop kala itu, kesimpulan pertama yang meloncat dari benak saya adalah: kisah seekor kelinci yang menyelamatkan hidup si rubah. That's a fantastic idea mengingat hukum rimba yang berlaku: karnivora akan selamanya menjadi pemangsa untuk herbivora.

kelinci... menyelamatkan hidup seekor rubah?
Merupakan hal yang lumrah bila herbivora seperti kelinci akan selalu 'kalah' dari hewan seperti rubah, itulah kesan pertama saya ketika tokoh utama, si kelinci kecil yang bercita-cita menjadi polisi ini dicakar oleh rubah ketika ia hendak menolong domba-domba yang di bully. Sikap rubah kecil yang kejam dan penuh ancaman ini sama sekali tidak menggoyahkan niat mulia si kelinci untuk menjadi penegak keadilan dan membawa perubahan baik bagi dunia. Tapi apa daya, di dunia ini (yes, our world, too), seperti sudah ada paradigma bahwa jenis hewan tertentu pasti harus mengikuti jalan hidup dan pakem tertentu, sesuai sifat alamiah dari hewan tersebut. Ras kelinci, seharusnya membawa perubahan baik bagi dunia dengan menanam wortel, bukan menjadi polisi. 

Hey, welcome!

Film ini mengangkat isu keadilan dan anti-rasisme yang dituangkan dalam bentuk yang menarik. Ya, bukan Disney namanya kalau tidak berhasil menyentuh sisi emosional dan intelektual para dewasa; di saat bersamaan menginspirasi para bocah. Berbeda dengan hukum rimba yang kita kenal, penonton diajak bertanya-tanya mengenai bagaimana rasanya bila semua hewan bisa hidup harmonis bersama tanpa saling memangsa dan mencelakai? Bagaimana rasanya tinggal di tempat dimana semua hewan bisa menjadi apa saja?

Yes, yes! Welcome to Zootopia!

Zootopia adalah kota impian Judy Hopps, si kelinci yang 'batu' dan tidak mengindahkan segala cercaan mengenai fisik dan ras-nya, sehingga berhasil mejadi kelinci pertama dengan karir sebagai polisi! Inilah film pertama yang berpesan bahwa ketika impian sejak kecilmu tercapai, bukan berarti kamu sudah langsung bahagia! Tidak ada 'akhir' yang bahagia, karena hari pertama kerja Judy Hopps ternyata malah seperti neraka! Untung saja, optimisme dan keceriaan si kelinci (dengan kuping yang selalu terangkat naik) membuatnya bertahan hidup di Zootopia, kota besar yang menawarkan begitu banyak kesempatan sekaligus mengajar setiap pribadi yang hidup di dalamnya untuk berpikir lebih realistis.
"Everyone comes to Zootopia, thinking they could be anything they want. But you can't. You can only be what you are. Sly fox. Dumb bunny." -Nick Wilde

Judy Hopps melihat realita kehidupan yang kejam dan memilih untuk tetap menjadi positif. Judy Hopps juga tidak membawa larut kekesalannya ketika dibohongi oleh si rubah Nick Wilde yang memanfaatkan kebaikan dan kepolosan hatinya. Mereka berdua malah bekerjasama ketika si kelinci menerima tantangan dari Kepala Opsir untuk mencari hewan hilang di Zootopia. Dari kasus hewan hilang inilah, petualangan mereka berdua dimulai dengan penuh 'tipu-muslihat' yang cerdik, rentetan kejadian yang menyebalkan, menegangkan hingga yang kocak-kocak, krisis kepercayaan pada diri sendiri dan persahabatan, hingga akhirnya perjuangan mengungkap konspirasi yang berakhir mencengangkan.



Jarang sekali ada film animasi dengan rasa Die Hard. Dengan rasa film action. Memang sih, di dalamnya tetap ada imajinasi yang terlihat begitu nyata, seperti pemandangan Judy Hopps selama perjalanan di kereta. And yes, saya sangat terhibur, apalagi di bagian Sloth yang bernama Flash itu! Benar-benar menggemaskan dan bikin orang kepingin flip table! Hahaha.. selain itu, candaan yang cerdas juga saya temukan di bagian Nick Wilde saat bertemu dengan domba bernama Dawn Bellwether yang menjabat sebagai Deputy Mayor, Nick begitu penasaran akan rasanya menyentuh langsung bulu domba, yang dilarang keras-keras oleh Judy. Judy mengingatkan bahwa menyentuh kepala Bellwether adalah tindakan yang tidak sopan, sehingga akhirnya Nick Wilde hanya bisa berceletuk, "Can't she count herself as she going to sleep?" Jenius mana yang kepikiran hal seperti itu? Hehehe.


I want to touch her hair!


Tiga Pesan Moral versi #NyarisPuitis:

1. Membebaskan diri dari dogma dan pandangan masyarakat ternyata bisa membuat diri sendiri menjadi lebih bebas. 

Rasis. Rasis. Rasis. Kalau saja Judy Hopps adalah hewan yang rasis, ia pasti tidak bisa menikmati sifat Benjamin Clawhauser, si cheetah gembul yang hobi makan donat dan berjoged. Ia pasti akan terbahak begitu mengetahui perawakan Mr. Big yang ternyata.... ah, sudahlah. Ia juga pasti tak habis pikir mengapa Chief Bogo begitu mengidolakan Gazelle.


2. Berani mengakui kekurangan diri sendiri dan dengan tulus memohon bantuan.
"Wait, listen! I know you'll never forgive me. And I don't blame you. I wouldn't forgive me either. I was ignorant and irresponsible and small-minded. But predators shouldn't suffer because of my mistakes.
And after we've done, you can hate me, and that'll be fine, because I was a horrible friend... And you can walk away knowing you were right all along. I really am just a bunny."
Bagi saya, sosok Judy Hopps ini sudah perfect. Ia bagaikan matahari yang sanggup menyinari dirinya sendiri; tipe yang tahan banting dan tidak bisa dikalahkan di mana saja, karena bara semangatnya tak pernah padam. Tapi, ia cukup jujur ketika ia rapuh dan butuh bantuan, dan momen ketika ia menangis di depan Nick Wilde untuk meminta maaf.. ah, so sweet.


3. Pemaafan dan Penerimaan
Pelan-pelan saya baru menarik benang merah bahwa Hopps kecil pernah dilukai oleh rubah; Hopps yang beranjak dewasa lagi-lagi diperdayai oleh rubah! Namun, mengapa Hopps tidak mempersoalkannya dan malah menjebak rubah untuk bekerjasama merunut kasusnya? Sampai-sampai pada akhirnya, Hopps begitu yakin akan kualitas diri si rubah Wilde dan menyelamatkan hidupnya dari pekerjaan rutinnya yang tidak 'halal'!
Isn't it amazing?! 

Dimulai dari tekad untuk mengubah dunia menjadi lebih baik, seekor kelinci berhasil menyelamatkan dunia, ah ini terlalu luas dan melibatkan banyak orang, tapi yang pasti... seekor kelinci berhasil menyelamatkan hidup si rubah!


Dimulai dari tekad, apa yang ingin kamu ubah dari duniamu?

Life's a little bit messy. We all make mistakes. No matter what type of animal you are, change starts with you.
Change.... start... with... you....

Sunday, February 14, 2016

Si Rumit, Pemanis Buatan dan Hari Valentine.

Serumit apa isi kepala seorang jomblo sehingga ia perlu memutar otak mencari alasan pintar untuk merayakan Valentine bersama orang-orang yang bukan berstatus pacar? 

Mereka yang jomblo belum tentu disengaja, sama halnya seperti sejoli yang jatuh cinta tanpa disengaja. Mari kita bicara sedikit mengenai cinta, mblo. Itupun kalau kamu bersedia.



Hai, kamu yang memilih untuk (masih) sendiri, apakah kamu sudah lelah memerangi kesepian yang mengelabui kepalamu dan kadang membuat hatimu kelabu?

Ataukah... kamu belum siap mengurai benang-benang segala ke-baper-an yang rumit antara cinta-sahabat-praduga-kenyamanan dan segala cerita yang membuat dirimu sendiri terasa begitu rumit?



Dan, hai, kamu yang sedang dimabuk cinta di hari kasih sayang. 

Semoga kamu menikmati setiap kerlingan matanya, gurat senyum di matanya, suara tawanya yang khas dan gelembung-gelembung pikiran yang meledak di sela-sela waktu bersama-sama.

Oh ya, selamat mencintai dan dicintai, tanpa perlu memasukkan pemanis buatan apapun, karena kamu sudah terlalu manis untuk mencicip manis yang artifisial. 



Siapapun kamu, di manapun kamu, apapun yang kamu rasakan saat ini, mengapa tak kita rayakan saja momen yang berbinar-binar ini dengan... segelas harapan?

Bersulang dengan kesendirian yang megah atau berdansa dengan kenyamanan yang penuh toleransi. Apapun itu, jangan lupa bahagia.
Mari rayakan apapun itu, di era penuh 'harapan.'
---


Bagaimanapun, hari Valentine hanyalah salah satu hari dari 365 hari di kalender. 
Dibawa baper-baper 'dikit tak apalah. ;)



Credits (dengan perubahan seperlunya + wording)
Picture 1: © Flora Chang | HappyDoodleLand.blogspot.com
Picture 2: © sashafavorov.tumblr.com
Picture 3: © Fireworks Canvas Print by Marcelo Romero

Thursday, February 11, 2016

Perempuan dalam mimpi itu, hujan yang masih bersembunyi di musim kemarau.




Perempuan dalam mimpi itu
adalah hujan yang masih bersembunyi di musim kemarau.

Ia lupa, bahwa hujan tidak bisa dipaksakan, 
dan pawang hujan sedang mengambil cuti panjang.

Ia lupa, bahwa hujan akan membuat ibukota banjir, 
dan dia memang tidak suka memanjat ke gedung-gedung pencakar langit 
untuk mengeringkan kakinya.

Ia ingat, masa-masa hujan begitu romantis. 
Ia bisa mengarahkan payung ke perempuan yang suka menangis dan takut kehujanan, 
supaya punya kesempatan untuk sekedar menjadi pahlawan kecil yang dielukan.

Ia ingat, masa-masa hujan meruapkan wangi yang tak bisa dibeli di toko parfum manapun. 
Wangi yang alami dan membunuh ruang untuk kewarasan,
karena yang tersisa hanyalah ingatan yang menipu.

Ia tak pernah lupa, bagaimana kemarau lamat-lamat menerkam,
sebelum ia sempat menyimpan sisa air hujan
dalam botol kaca kelak ia arungkan ke samudra.

Ia tak pernah lupa, sayap-sayap mimpi yang menjadi sayat-sayat,
bagai ayat-ayat yang tak pernah lelah ia ingat-ingat.

Ia tak pernah ingat, mengapa awalnya ia memulai,
semua yang kelak akan dituai,
hingga tiba saatnya kenangan memuai dan menyaru dalam udara.

Ia tak pernah ingat, apa alasannya berjalan sejauh ini,
bersama perempuan yang ia harap bisa menemaninya tertawa dan menangis,
perempuan dalam mimpi itu
adalah hujan yang masih bersembunyi di musim kemarau.


Karena ketika hujan turun,
laki-laki itu baru teringat bagaimana perempuan itu bisa menjadi hujan
yang menenggelamkan segala kegilaan,
yang membekukan segala gemertak gigi yang menggigil.

Sekarang sudah musim hujan, bung.
Bolehkah kau cari-cari lagi payungmu?


Mungkin,
kau masih bisa temukan perempuanmu di batas-batas udara, 
di sela-sela deru yang hampir mencapai bumi.



----
Bulan Februari, dan masih saja hujan
hampir menenggelamkan beberapa tempat.
Stay safe, peeps.

Monday, February 1, 2016

He is quiet and so am I. A Poem by Mahmoud Darwish

Saya mulai mencari tahu tentang Mahmoud Darwish ketika saya mengunjungi Salihara. Entah di lantai berapa, terpajang sepotong puisi karya penyair dari Palestina ini. Cukup singkat, hingga akhirnya saya mulai kepo dan jatuh cinta sama beberapa potongan puisinya, salah satunya ini: He is quiet and so am I.

Bercermin, tidak pernah seindah ini. 
Interpretasi mengenai puisi ini? Entahlah. Mungkin tentang interaksi yang saling takut-takut? Interaksi yang mengaitkan begitu banyak perbedaan yang mengantarkan pada persamaan dan perasaan...
Puisi ini, menyelinap masuk ke benak, cukup menggelitik untuk dibaca, sekali lagi. Untuk dibagikan, sekali lagi.

#NyarisPuitis

#NyarisPuitis

#NyarisPuitis


"He is quiet and so am I. 
He sips tea with lemon, while I drink coffee. 
That's the difference between us. 

Like me, he wears a wide, striped shirt, 
and like him, I read the evening paper. 
He doesn't see my secret glance. 
I don't see his secret glance. 

He's quiet and so am I. 
He asks the waiter something. 
I ask the waiter something… 
A black cat walks between us. 
I feel the midnight of its fur 
and he feels the midnight of its fur… 

I don't say to him: The sky today 
is clear and blue. 
He doesn't say to me: The sky today is clear. 
He's watched and the one watching 
and I'm watched and the one watching. 

I move my left foot. 
He moves his right foot. 
I hum the melody of a song 
and he hums the melody of a similar song. 
I wonder: Is he the mirror in which I see myself? 
And turn to look in his eyes…but I don't see him. 

I hurry from the cafĂ©. 
I think: Maybe he's a killer… 
or maybe a passerby who thinks 
I am a killer. 
He's afraid…and so am I."

-Mahmoud Darwish


Menurutmu, bagaimana?