Tuesday, April 9, 2013

trust, handle with care.

stiker itu masih menempel di lemari kayu yang sudah mulai melapuk itu. tulisannya masih saja sama, hanya warnanya yang sedikit memudar dimakan sang waktu. namun tulisan yang tercetak di stiker itu masih saja memancarkan aura yang sama, tidak gentar disinari dengan mentari yang jauh lebih terik, jauh lebih jahat.

handle with care, or you will broke your own heart.

ini dia wanita paling gila seduniaku. datang-datang langsung menempelkan tulisan seperti itu di lemari bajuku, katanya supaya aku akan selalu melihatnya setiap kali akan berganti pakaian. lalu, aku tidak akan pernah berani menjatuhkan hatinya, lalu memporakporandakannya.
ini tentu saja aneh. mengapa aku harus menyakiti orang lain, kalau aku sendiri tidak ingin tersakiti? Aku orang yang sangat percaya karma, dan bagiku hidup di jalur sendiri tanpa mengusik kedamaian orang lain adalah prinsip utama. lebih baik lagi, kalau bisa membagikan berjuta-juta kedamaian kepada insan lain.
wanita itu sungguh kocak. aku tidak habis pikir.
"aku orang yang sangat gampang loh percaya sama orang lain, oleh karena itu aku sangat gampang diperdaya. but you know what, kalo sama kamu, aku tidak takut untuk percaya, because i can feel your kindness, from every single movements that you did, you are a good person."

handle with care.
namun, wanita bukanlah barang. bisa saja kita telah memperlakukannya sebaik yang kita mampu, namun bisa saja ia retak di dalam, oleh alasan-alasan dan dunianya sendiri. 
kita pria, tidak akan pernah bisa memahaminya. jadi jangan mencoba.

or you will broke your own heart.
apakah ini adalah ancaman?
entahlah.
siapa yang tidak akan hancur saat menghancurkan orang lain? tidakkah energi buruk yang secara alami muncul dari dirimu saat kamu bersiap-siap menghancurkan orang lain telah mengikismu terlebih dahulu?
wanita ini benar-benar kocak.
but, remember this.
i will treat you as a human. nothing else.
i won't treat you special.
but as you know, every human is special, anyway.

lalu dia datang suatu hari dengan mata sembab-nya, dan mengatakan bahwa ternyata aku tidak sebaik yang dia kira. dia terluka, dia tidak bahagia.
lalu apa? apa yang bisa aku lakukan untuk mengobati semua kekecewaannya?
aku menawarkannya waktu.
hanya itu yang bisa aku tawarkan, di luar dari itu, aku tidak berdaya.

kadang manusia itu aneh, sama sekali tidak mengetahui potensinya. bukan hanya potensi baik bahkan luar biasa, namun juga potensi menyakiti orang lain.
namun, apakah kita dicaci sebagai pendosa bila kita sama sekali tidak memiliki niat menyakiti?

oleh karena itulah, aku menawarkannya waktu.
waktu, saja.

lalu dia kembali lagi padaku, dengan senyum mafmum yang kini sudah menghiasi potongan bibir cantiknya. wanita itu menawarkanku waktunya, untuk ditukar dengan momen.

"Aku tidak akan lagi mempercayaimu, atau siapapun. tidak dengan instan. kamu harus buktikan padaku bahwa kamu pantas untuk dipercaya. bukan hanya mengandalkan insting dan feeling-ku sebagai wanita, tapi mengandalkan segala waktu-ku yang kuijinkan untuk dibagi bersamamu, mencipta momen-momen dan kenangan. setelah itu, barulah aku akan menyerahkan kepercayaan itu, bila kamu pantas untuk itu."

aku tersenyum.
apa lagi?
aku suka dengan wanita yang seksi.
bukan tubuhnya--itu hanyalah selera primitif bagi sebagian besar pria-pria goblok.
aku suka dengan pemikirannya yang seksi.
dan sekarang, aku sedang mengaguminya.
sekaligus takjub dengan sang waktu yang begitu ajaib, begitu maha kuasa.

ketahuilah wahai jiwa yang mungkin pernah tersakiti, atau sekarang masih saja tersakiti,
mungkin kita hanya tidak memiliki cukup banyak reward berupa momen untuk ditukarkan dengan kepercayaan itu.
jadi orang jangan ceroboh, karena yang sedang dipertaruhkan itu adalah hati kita sendiri. kasihan kalau hancur terus terusan.

*di satu hari yang dirasa tidak produktif. 
hanya ingin menulis dan melantur. atau mencari seseorang untuk bertukar cerita.
lalu pilihan jatuh pada laptop tersayang, setelah mengobrol sejenak bersama saudara laki-laki saya.
*di satu hari di mana aura malas mencengkram sampai ke ujung kuku, dan perasaan tidak enak menghantui sampai ke sela-sela otak.
*di satu hari saat ucapan dosen pembimbing begitu telak membantai pikiran.
benarkah kami terlalu hebat bermimpi sampai-sampai tidak tahu cara untuk sekedar 'menuliskan' nya?
ini sangat miris.
sekarang si pemimpi dituntut untuk beranjak dari mimpinya, lalu bergumul dengan teori dan kenyataan.
kata-kata yang dirangkai dalam dunia mimpi ini ternyata tidak bisa dikatakan indah bagi kenyataan. 
walaupun mereka berada di dunia berbeda, namun hakikatnya tetap saja indah. 
*di satu malam ketika akan menutup hari, dan berterima kasih pada selembar kertas virtual yang telah rela ditulisi olehku. 
pikiran-pikiran melelahkan yang bergelayutan malas di setiap dinding otak kini tercabuti sudah, ekspektasi-ekspektasi ini haruslah segera di eksekusi, dan segala kegilaan yang meradang sudah kembali nyaman dalam kubangannya.
kini yang harus saya lakukan adalah : bertindak! karena memikirkannya, hanya bikin capek hati. mari semangat menulis skripsi!

No comments: