Tuesday, October 28, 2014

Travel Review: Gunung Krakatau Berbonus Pulau, Why Not?

Di kala berlibur dengan judul 'Pergi ke Pulau' sudah mainstream (apalagi kalau pulaunya masih berkisar dua jam dari Jakarta), maka ketika ajakan berlibur ke pulau sekaligus gunung KRAKATAU, saya tidak lagi menolak. Yah, walaupun saya tahu, kenyataan terberat dari berlibur ke pulau adalah: jadi hitam. mutlak. Semua demi gunung krakatau yang melegenda #cieh. Gunung Krakatau, terakhir yang saya ingat adalah, nama gunung ini nangkring di pelajaran geografi zaman SD, dan bikin saya cukup penasaran. Lalu, berbekal embel-embel kumpul bareng temen kuliah sehabis acara lulusan, dimulailah perjalanan kami yang saaaaangat panjang! Saya tidak pernah menyangka akan sepanjang dan sebosan ini, tapi pada akhirnya terbayar dengan pemandangan dari atas Gunung Anak Krakatau -- tepat pada perayaan 17 Agustusan lagi! Sooo, here it is!

Menuju, dan Pulau
Jadwal yang cukup padat, begitu dipelajari, kami sudah siap dengan konsekuensi tidur-ngga-cukup: perjalanan dimulai dari jumat malam sampai minggu subuh, di mana kami menghabiskan tidur di kapal, homestay dan... kapal lagi.
Perjalanan dari Jakarta menuju Pelabuhan Merak memakan waktu 2 jam (di mana kami men-carter mobil sendiri). Saya cukup amazed dengan kapal yang akan menyeberangkan kami ke Pelabuhan Bakauheni, GEEEEDEEEE. #fixlebay. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami pun mengantri masuk kapal ala ala anak SMA, "Eh, lo jagain tempat buat kita ya!" demi bisa tidur nyenyak. Sukses! Kami semua mendapat tempat tidur (yang mirip banget sama asrama shaolin, sempit disekat kayu), dan tetep ngga bisa tidur karena pengen jalan-jalan keliling kapal. 

norak dikit, tiket kapalnya sampe difotoin segala :3

Malam pekat, debur laut yang meninggalkan buih-buih di pinggir kapal, lampu mercusuar yang mengedip centil di penghujung, pantulan sinar bulan yang menari di gelombang air laut, dan obrolan ringan nan bermakna bersama teman saya di tepi kapal. Sukseslah saya jatuh cinta dengan suasana seperti ini. Memang, sedikit #nyes kalo udah ngebayangin film Life of Pi, tapi justru dengan keadaan seperti ini, saya diam-diam bersyukur dan berterimakasih pada Semesta. Bumi yang luas, dan... megah yang ramah. Terkadang merasa kocak karena 'diganggu' suara decit tikus yang muncul di ujung, tapi ya sudahlah. Namanya juga kapal (yang sudah lumayan tua). Karena nangkring di luar kapal bersama angin laut akan mengancam kebugaran, akhirnya kami pun masuk dan... menemukan beberapa temen yang ngga bisa tidur. Tanya kenapa? 

Ada kecoa (dan anak-anak kecoa) di tempat tidurnya.

Hiiiiiiy. Ternyata bangsa antena cokelat ini memang bertebaran di mana-mana, ya maklum deh, kan ini bukan pesawat jet. Tapi, jujur, saya merasa kecewa dengan fasilitas seperti ini, sih. 

Kalianda, sampai di sini, kami melanjutkan perjalanan dengan angkot

Akhirnya kami hanya bisa merem-merem-serem dan ketiduran sebentar. Setelah 3 jam, sampailah kami di Pelabuhan Bakauheni dan berlanjut dengan naik angkot selama 1 jam menujuuuu... Dermaga Canti. Yes, another pit stop lagi untuk mencapai pulau-pulau.

Dermaga Canti beserta kapal-kapal yang nangkring

Setelah sampai di Pelabuhan Canti, kami bersih-bersih dan sarapan (di mana fasilitasnya juga enggak banget, kalo mau pipis mesti numpang dulu ke warung seberang pelabuhan, sikat gigi dan cuci muka di tepi pantai gersang atau ngantri puaaanjang banget sama peserta lain, dan ganti baju rame-rame). 


taken from Dermaga Canti. Gunungnya masih diselimuti awan.

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya datang juga speedboat, yang akhirnya membelah pantai menuju kawanan pulau Sebuku Kecil, Sebesi, Umang-umang dll. Frankly said, i'm not impressed karena pulaunya juga tidak jauh berbeda dengan Kepulauan Seribu (dan speedboat kita ngga dipinggirin di tepi pantai, dibiarkan terapung-apung di tengah pulau, di mana orang-orang bisa langsung loncat ke air, well.. saya ngga suka aja sih. Panas banget, lagi. #alatantetante #kipaskipas)

Pulau Umang

Saya hanya berenang saat kami mencapai Pulau Umang-umang yang sebenernya juga ngga sebagus yang digembar-gembor teman-teman saya, kalau kata guide-nya sih, pulaunya lebih indah lagi kalau kita muter sampai belakangnya. Entah deh, akhirnya kami menikmati sunset di sana, lalu kembali ke homestay.

Bagaimanapun, saya tetap menikmati perjalanan yang penuh dengan semilir angin, dari yang kencang abis sampe sempoyongan, dan tentu saja pemandangan yang ditawarkan. Air biru yang menyejukkan mata, ditambah dengan bukit-bukit kokoh yang memeluk bumi sekitar. Cantik!

memanjakan mata. awannya pas banget di atas gunung!

desing mesin dari kapal, dan buih yang terbelah dari laut, impressing. 

Halo, Kemerdekaan!
Hal yang paling berkesan dari perjalanan ini tentu saja Gunung Krakatau, which is kami hanya mendaki anak gunung krakatau yang sudah cukup bikin ngos-ngosan. Sebenarnya, medannya tidak begitu curam, tapi berhubung perjalanan kami dari Pulau Sebesi ke Pantai Gunung Krakatau yang bikin lemes dan belom sarapan (dalam rangka mengejar waktu), jadilah saya hanya sampai ke punggung gunung dan cukup puas untuk bisa mengikuti upacara 17an dengan bendera besaaaar yang terbentang, dan beberapa puluh orang yang mengitarinya dengan sikap hormat. Kami menyanyikan lagu Indonesia Raya dan 17 Agustus bersama-sama, dan... saya menangis. Haru biru. Pertama kalinya saya merasakan cinta yang meluap kepada Ibu Pertiwi, dan tentu saja, ini adalah upacara terkeren yang pernah saya ikuti sampai saat ini! I Love Indonesia!

medan krakatau dari kejauhan

Minggu, merdeka. Krakatau rame!

Saya jadi ingat perjuangan kami dari homestay menuju gunung krakatau... yang empot-empotan. Perjalanan dimulai dari jam 5 subuh dan diprediksi sampai ke TKP jam 7 kurang. Waktu itu, angin sangat kencang sehingga kapal kami sudah terombang-ambing bahkan sebelom jalan! Awalnya, kami sangat excited, lagaknya udah kayak lagi maen di dufan aja, seru deh ombaknya! Naik-turun, dengan sorakan "UWOOOOO!" yang rame. Namun, setelah setengah jam, kami semua sudah lemas dan diambang mual, belum lagi ombaknya yang bahkan tidah hanya naik-turun, tapi juga terhempas ombak kiri-kanan, rasanya lemes banget... beberapa temen (termasuk saya) sampai muntah-muntah! Jadi, ngga heran dong, kalau saya sampe nangis pas upacara? Effort untuk sampe ke sini nih, bo.

Suasana apel di atas gunung krakatau

Merah Putih: banyak juga orang-orang yang membawa benderanya sendiri

pemandangan dari atas gunung. fascinating :3

Cerita Homestay
Homestay yang ada di di Pulau Sebesi sebenarnya cukup ramai suasananya, sayangnya rumah yang (kebetulan) saya tinggali ini kurang bersih dan agak serem, fasilitas air dan listriknya juga jelek banget. Air dan listrik baru dinyalakan setelah jam 6 sore, dan kembali dimatikan setelah jam 12 malam! Bayangkan!!! Toiletnya juga serem, sepaket sama sumur soalnya (oke, ini guwe aja yang lebay), dan menurut teman-teman yang tidur di ruang tamu (yang dijejerin kasur), ada kecoa -_-" (again!!!!). Seriusan, kalau pariwisata di tempat ini ingin lebih maju lagi, pihak kepulauan Lampung semestinya menanggapi serius hal-hal kecil seperti ini deh! Sebagian dari kami bahkan tidak bisa mandi setelah diving hanya karena tidak-ada-air. Bayangkan!!! Kami pulang ke Jakarta bersama sisa-sisa air asin yang menempel di kulit kamih, hingga jam 2 subuh, lho!
Nah, yang di atas tadi komplen, tapi masih tetep suka banget makan pisang goreng buatan ibu-ibu warung dan kelapa muda segar dari si bapak, hehehe.

Salah satu yang menghibur dari homestay ini adalah penampakan para kawanan kebo,
lagi berendam adem di kubangan. Galak lho, mereka :3

Intinya, perjalanan singkat ini memberi banyak makna bagi saya. Di samping kekeluargaan yang semakin pekat (karena berlindung dari berbagai terjangan ombak) bersama teman-teman, juga kekuatan dan kerelaan. Kuat untuk pulang ke Jakarta dengan kondisi jari tangan saya yang bengkak (baca juga cerita tulang jari saya yang retak karena kecelakaan saat berenang), dan kerelaan handphone saya yang error gara-gara kena air laut. Haha!

Apapun, pengalaman yang baik maupun jelek, tidak menyurutkan SEDIKIT PUN niat saya untuk terus menjelajah alam Indonesia, karena bumi Ibu Pertiwi.. yang semakin dikelana, semakin mbikin jatuh cinta! That's all! :3

1 comment:

Unknown said...

Wah bagus banget krakatau
semoga pariwisata Indonesia makin maju