film yang gw tonton pada hari raya nyepi lalu dengan harga tiket yang mahal ini ternyata cukup worthed juga.
di iming-imingi dengan rasa penasaran akan aktingnya Jennifer Lawrence dan banyaknya penghargaan yang telah diraih oleh film ini, let's give a try, then.
(sambil menunggu temen gw yang lagi nonton konser boyband korea di Mall yang sama)
things i looooove a lot!
- aktor dan aktris yang dipilih dengan sangat tepat.
awalnya rada-rada kesel juga sama kelakuan Pat (diperankan oleh Bradley Cooper) yang mood nya bisa berubah seenak jidat, ngelakuin segala hal yang nyebelin dan membahayakan bonyok-nya sendiri (anyway, dia menderita bipolar disease, keturunan dari bokapnya), namun lama-kelamaan gw jadi demen sama karakter ini deh. Dia setia banget sama istri nya dan berharap lagi bisa rujuk (dengan segala cara), cukup teguh dalam berpendirian aaaaand i love his eyes! keren. keren. keren.belum lagi gw dikejutkan sama aktingnya Jennifer Lawrence yang berperan sebagai Tiffany Maxwell. sooooo bitchy! tipe-tipe cewek ngga bener dengan gaya gothic dan ngomong ngga pake disaring, belum lagi ekspresinya yang nyebelim. sama sekali ngga cantik! pipinya tembem banget dan lirikan matanya selalu ngeselin!
agak terkejut sih seorang Lawrence dengan reputasi aktingnya di Narnia dan Hunger Games yang terkesan sangat heroik dan feminim, bisa berubah menjadi seorang janda yang ditinggal mati suami dan f*cking around sama banyak pria di kantornya. tapiiiiii, bersamaan dengan alur cerita.....wow! Lawrence memerankan tokoh ini dengan sangat amat baik.
- film ini sarat makna (this is what i love most).
Awalnya, gw juga ikutan pesimis waktu Pat mengatakan pada psikolog nya bahwa dia bisa menemukan silver lining dalam setiap hal buruk yang telah dia lakukan, berpikir positif dan hal-hal baik akan datang kepadanya. Namun, lagi-lagi gw dikecewakan sama kelakuan Pat yang nyebelin nyebelin nyebelin. Sampai dia bertemu dengan Tiffany pun, mereka tidak mengalami alur cerita romantis seperti drama-drama kebanyakan. malahan film ini dipenuhi oleh dialog-dialog cepat yang menuntut penonton untuk jangan berkedip. namun, dari dialog-dialog yang mengalir. wow, film ini bagi gw ya--ternyata mengajarkan sesuatu yang kadang bisa saja luput dari pemikiran kita :
"we don't even need to be perfect for having a perfect life"
terserah deh, apa yang pernah terjadi sama masa lalu kita dan bagaimana kita telah menyikapi semua hal-hal buruk itu.
good things gonna happen over and over again. that's the thing we have to remember.
- home (really) sweet home
gw juga suka penggambaran hubungan keluarga Pat : mulai dari Mama nya yang selalu membuatkan masakan spesial saat Papa nya menonton pertandingan (dan tidak pernah ngomel-ngomel tentang bipolar disease yang diderita oleh suaminya), Papa nya yang sangat berani mengambil resiko dalam bertaruh dan selalu mengharapkan Pat menemaninya menonton pertandingan, Kakak laki-laki Pat yang sempurna dalam karir dan percintaan (dan suka merendahkan Pat, namun tetep aja Pat mencintai Kakak-nya, apa adanya). Gambaran ini ada di keluarga pada umumnya, and i found it really really sweet :')
- that (ordinary) sweet ending
sebenarnya biasa aja sih, namun tetep saja gw terenyuh. yes, you're right.
Pat dan Tiffany jadian, namun jauh sebelum itu, gw sama sekali ngga begitu menyadari bahwa mereka udah mulai sama-sama tertarik. and for me, they have been created such a really cool chemistry in the dance floor. plok plok!!
No comments:
Post a Comment